Dany Jaelani: Budaya Cirebon Keberagaman Kebudayaan Masyarakat Indonesia

0

Dok/ tumang.id

 

Cirebon, Tumang.id (SMSI) – Kebudayaan yang ada di Kota Cirebon sebenarnya memiliki potensi yang sangat potensial untuk dikembangkan sehingga dapat diberdayakan menjadi nilai tinggi yang dapat dilestarikan dan dapat disajikan nilai komoditas pariwisata sebagai daya tarik tersendiri di Kota Cirebon.

 

“Keberagaman Kebudayaan daerah Cirebon”

 

Hai semuanya apakah sedulur dan sobat sudah tau keragaman budaya daerah Cirebon? Moh. Dany Jaelani, S.Sos akan memberikan sedikit informasi terkait mengenai kebudayaan daerah Cirebon, yu simak artikel ini.

 

Kesenian, tradisi dan unsur-unsur nilai budaya yang amat luhur sebagai faktor penunjang dalam menyokong pembangunan di wilayah Kota Cirebon. Budaya yang cenderung religius berbaur dengan budaya Keraton yang bernuansa kerajaan sangat khas dan amat menonjol sebagai ciri khas yang amat kental di Kota Cirebon.

 

Dengan menggabungkan bagian-bagian budaya para penghimpitnya, lahirlah suatu kultur yang diakui sebagai jati diri wong Cherbon, tanpa membuat para penghimpitnya tersinggung, karena sikap konfrontasinya dihilangkan dan karakteristik koeksistensi dan kooperasinya dikedepankan.

 

Kebudayaan sangatlah penting untuk kita cermati dan pahami. Banyak ragam kebudayan di Indonesia.Indonesia memiliki banyak kekayaan dan keragaman budaya di dalamnya, yang dimana keragaman ini berpotensi untuk mensejahterakan masyarakat.

 

Budaya di daerah Cirebon, lebih populer kepada kesenian, dimana kesenian Cirebon yang paling populer ialah Tari Topeng dan Tari sintren, tarian topeng terdiri dari 5 macam yaitu dari mulai yang gampang sampai dengan yang susah diantaranya topeng panji, samba, Tumenggung, rumyang, dan kelana.

 

Cirebon pun menjadi khas pada bahasanya, keseniannya, tradisinya dan ide-ide yang diyakinkannya. Lahirlah tarling untuk menyatakan dirinya sejajar dalam koeksistensinya dengan Barat dicontohnya gitar, ditaklukannya dia lalu dimasukannya kedalam sistem nilai timur (gamelan), untuk kemudian betul-betul menjadi Cirebon.

 

Selain itu, lahir pula seni Burok dengan ditingkahi musik dog-dog, ia adalah Cirebon yang lahir dari Trans Kultural dengan angka persilangan budaya didalamnya, Burok walaupun dalam perwujudannya lahir dari sinkretisme Agama kultur Hamiyah-Samiyah (AD, AL Marzdedek, Parasit Akidah), ia dianggap mewakili Islam.

 

Macan mewakili kultur keberanian dan kegagahan Siliwangi dan Cirebon, gajah akulturasi dari Hindu, kadang-kadang dalam seni Burok ini ditampilkan barongan (dari barongsai) tapi dengan pemain tunggal, bolehlah ia dianggap mewakili budaya Cina.

 

Budaya Cirebon adalah sebuah entitas yang khas dan unik, tidak bisa diabaikan begitu saja dalam kajian kebudayaan etnis di Indonesia. Kondisi geografisnya sangat memungkinkan terjadinya persilangan budaya, terutama budaya Sunda, Jawa, Cina, Arab, India, dan terakhir budaya Barat yang diterima dengan penuh bangga oleh kaum muda.

 

Masa-masa kolonial dan pemaksaan sikap feodalistik telah menimbulkan suatu sikap Resistence of Colonised perlawanan si terjajah terhadap coloniser (penjajah). Posisi Geopolitik Cirebon memaksakan keharusan kepemimpinan yang kuat, “lemah berarti bencana”.

 

Di tengah dua kekuatan politik dan militer (Mataram dan Belanda) dan dua kekuatan kultural (Sunda dan Jawa) yang sebagai the other. Sikap egaliternya merasa diinjak-injak, tak mampu melakukan perlawanan fisik karena kehilangan daya organisasinya. Wong Cherbon melakukan pemerdekaan kultural.

 

Pada tahap perkembangan tahun 1970-an seni burok diiringi musik tambahan gitar dengan iringan pujian Shalawat dan lantunan syair-syair Berjanzi lalu seiring perkembangan zaman seni ini termarjinalkan karena serbuan industri hiburan moderen.

 

Nasibnya sama dengan tarling. Kedua kesenian ini kemudian bermetamorfose. Burok memadukan dog-dognya dengan dangdut, bahkan nuansa dangdutnya lebih dominan. Tarlingpun menjadi tarling dangdut lalu berkembang menjadi dangdut Cirebonan.

 

Namun perkembangan seni yang semula penuh makna simbolis filosofi religi, kini hanya mengedepankan nilai hiburannya saja, terdegredasi, mubadzir dan nilai rendah jauh dari agama dan kesantunan budaya asli Cirebon.

 

Keduanya masih tetap Cirebon, tapi Cirebon yang sudah tercabut dari akarnya, semula dibangun sebagai bentuk pembebasan diri atau pemerdekaan, sekarang kembali jatuh menjadi kultur Subaltern (bawahan /jajahan) budaya lain.

 

Kota Cirebon memiliki berbagai seni dan budaya tradisional khas yang bernuansa Islam serta bercirikan tentang kehidupan dan perjuangan. Kota Cirebon juga memiliki event-event tradisional yang hingga saat ini masih dilaksanakan, seperti sedekah bumi/Mapag sri, Nadran (sepanjang wilayah pantai utara) dan muludan (setiap bulan maulid di kalender Islam).

 

Nilai budaya yang terkandung pada kebudayaan di Indonesia memiliki kekuatan yang sangat bagus dan perlu dimanfaatkan dengan baik khususnya daerah Cirebon ini, Maka dari itu potensi budaya di Cirebon lebih cenderung kepada kesenian, karena Cirebon memiliki kesenian Tari Yang sangat populer di Indonesia. (Eka Himawan)

 92 total views,  1 views today

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here